Peredaran Minuman Keras di Yogyakarta : Ancaman Tersembunyibagi Generasi Muda

Ilustrasi minuman keras. (Freepik)

Daerah Istimewa Yogyakarta – Daerah yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota budaya, dihadapkan pada isu serius terkait peredaran dan konsumsi Minuman Keras (Miras).Tentunya fenomena ini tidak hanya bertentangan dengan nilai-nilai lokal tetapi juga menimbulkan dampak kesehatan bagi masyarakat.

Mengonsumsi minuman keras bisa memicu masalah kesehatan baik fisik maupun mental. Miras juga tidak jarang menjadi pemicu tindak kriminal, kecelakaan lalu lintas, dan berbagai persoalan hukum lainnya. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan ketika mengonsumsi miras secara berlebihan.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Joko Murdiyanto menyebut semakin tinggi frekuensi konsumsi miras, semakin tinggi risiko dan dampaknya. Dampak jangka pendek ketika seseorang mengalami kecanduan, akan membuat sifat euforia dan hiperaktif. Kondisi ini membuat seseorang memiliki rasa kegembiraan ekstrem dan semangat berlebihan sehingga membuat kehilangan kendali atas diri sendiri dan sulit untuk berpikir secara jernih.

“Kerusakan jantung, stroke, kerusakan hati, kerusakan otak, kanker payudara pada wanita, hingga kesehatan fisik dan mental menjadi dampak jangka panjang seseorang yang mengonsumsi minuman keras. Bahkan dari segi kesehatan mental, mengonsumsi minuman keras menimbulkan depresi, kecemasan berlebihan, sulit mengingat, kecanduan dan perubahan cara berpikir,” ujar Joko, Senin (9/12/2024).

Dampak jangka pendek dan jangka panjang mengonsumsi miras. (COM.22-MAGZ/ Munaa Maulida
Rihadatul’Aisy)

Mengonsumsi minuman keras sesekali tentunya memiliki dampak yang lebih ringan, namun bukan berarti tanpa adanya resiko sama sekali. Efek yang bisa ditimbulkan seperti perasaan yang rileks, euforia, mabuk, dan gangguan tidur. Seiring dengan waktu, seseorang yang mengonsumsi minuman keras dengan frekuensi yang sedikit berpotensi meningkat frekuensinya, sehingga risiko yang ditimbulkan akan lebih bahaya.

Sedangkan, di sisi lain seseorang yang mengkonsumsi miras secara teratur memiliki dampak yang lebih serius dan bersifat jangka panjang, menimbulkan kerusakan organ tubuh seperti ginjal, hati dan otak yang akan mengalami kerusakan secara permanen. Dari segi sosial pun, seseorang yang mengonsumsi minuman keras secara teratur dan berlebihan akan mempengaruhi kegiatan produktivitas selama hidupnya dan kurangnya kualitas dalam menjalani hidup.

Ancaman Tersembunyi Miras

Dekan Fakultas Kedokteran Unisa Yogyakarta dan Ketua IDI DIY, Joko Murdiyanto. (COM.22-MAGZ/Ardhia
Ayu Ningasti)

“Saya jamin, jika mengonsumsi alkohol yang dicampur dengan spiritus (mengoplos minuman keras) sebanyak lima kali sudah dipastikan akan mengalami kebutaan,” ungkap Joko yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DIY.

Joko menjelaskan bahwa kandungan berbahaya dalam minuman keras seperti etanol, metanol, spiritus dan zat kimia berbahaya lainnya berdampak buruk pada tubuh manusia. Berbagai bahan bahaya tersebut akan menimbulkan reaksi pada tubuh dan mengakibatkan kerusakan organ, seperti hati, ginjal dan saraf optik.

Apakah Seorang Pecandu Minuman Keras, bisa Berhenti?

Sulit tentunya bagi seorang pecandu untuk berhenti, rasa ingin terus mengkonsumsi minuman keras pasti masih ada. Joko Murdiyanto menjelaskan bahwa ketika ada keinginan untuk berhenti maka organ tubuh yang sudah rusak tidak akan bisa bekerja secara normal kembali. Sama halnya dengan pecandu perokok yang membutuhkan effort lebih untuk lepas dari kebiasaan merokoknya, beliau juga menjelaskan untuk langkah awal yang bisa diambil bagi pecandu minuman keras yang ingin berhenti adalah dengan mengurangi dosis minuman keras yang dikonsumsi.

Joko berpesan untuk masyarakat khususnya anak muda, agar tidak merusak diri dengan minuman keras. Ditegaskannya meski telah berhenti mengonsumsi miras pun, organ tubuh yang mungkin rusak, tidak akan bisa bekerja secara normal kembali.

“Jangan rusak masa depan dengan memberikan sensasi sesaat, namun memberikan dampak yang panjang baik dari segi kesehatan, keluarga dan kehidupan sosial. Pilihlah jalan hidup yang sehat dan produktif, ciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah untuk membekali anak dengan ilmu agama dan pengetahuan yang mendalam dengan mencari teman yang baik supaya membawa sisi positif,” tutur Joko.

Upaya Dinas Kesehatan Yogyakarta

Dinas Kesehatan DIY gencar melakukan edukasi pencegahan miras, khususnya di kalangan remaja. Program “Literasi Kesehatan” bekerja sama dengan DISPORA dan Dinas Pendidikan dengan sasaran anak sekolah usia produktif dari tingkat SD-SMA/SMK.

Program ini mengajak guru untuk membuat kurikulum di Merdeka Belajar yang membahas mengenai kesehatan. Edukasi yang dilakukan tidak hanya menyoroti bahaya miras tetapi juga resiko kesehatan lainnya.

Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Tata Kelola Kesehatan Masyarakat Dinkes DIY, Siti Nurhayah Isfandiari (kanan). (COM.22-MAGZ/Munaa Maulida Rihadatul’Aisy)

“Apa yang dikonsumsi hari ini berdampak di masa depan. Generasi muda harus memahami bahwa kenikmatan sesaat bisa berujung pada masalah serius,” ujar Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Tata Kelola Kesehatan Masyarakat Dinkes DIY, Siti Nurhayah Isfandiari, Jumat (6/12/2024).

“Apa yang kita konsumsi berdampak buruk pada kesehatan organ dalam terutama hati, meskipun efeknya tidak terasa langsung. Ini menjadi peringatan bagi generasi muda bahwa kenikmatan sesaat bisa menimbulkan masalah serius di masa depan terutama saat lansia,” ucap Ari.

Cara mengatasi kecanduan konsumsi miras. (COM.22-MAGZ/ Najwa Azzuro)

Edukasi yang dilakukan pun bukan hanya sekedar himbauan “STOP MIRAS”, tetapi juga melakukan pendekatan dengan menyampaikan dampak untuk kesehatan dan masa depan. Ia mengingatkan penting untuk memikirkan masa depan.

Selain itu, Dinkes DIY mencatat bahwa anggaran khusus untuk program pencegahan miras masih terbatas. Karena pada kasus miras ini termasuk dalam kategori PTM (Penyakit Tidak Menular). Meski demikian, mereka terus berupaya melibatkan berbagai pihak agar masa depan generasi muda terhindar dari pengaruh buruk miras.