
Sleman – Peredaran minuman keras (miras) di kalangan pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang semakin marak menjadi perhatian serius berbagai pihak. Persoalan miras tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga dapat merusak masa depan generasi muda.
Peran pendidikan dari sekolah hingga jenjang perguran tinggi dapat menjadi benteng utama dalam mencegah konsumsi miras dikalangan remaja. Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan karakter, para guru dapat menjelaskan kepada siswa mengenai bahaya minuman keras terhadap aspek fisik, mental, dan sosial mereka. Berbagai kegiatan positif seperti diskusi kelompok, penyuluhan, dan simulasi dapat memberikan siswa pemahaman yang lebih mendalam mengenai risiko nyata yang ditimbulkan setelah mengonsumsi minuman keras.
Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sleman juga telah melakukan upaya pencegahan melalui program parenting yang melibatkan orang tua serta kolaborasi dengan pemangku kepentingan seperti kepolisian setempat. “Sekolah berkolaborasi dengan dinas mengundang orang tua, dan bersama pemangku kepentingan seperti polsek setempat memberikan edukasi kepada orang tua serta arahan kepada anak anak mereka tentang bahaya minuman keras,” ujar Sub Koordinator Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Akhmad Ritaudin, Selasa (19/11/2024).
Selain itu, Disdik Sleman juga menyelenggarakan kegiatan pengajian di sekolah. Kegiatan ini memiliki peran penting dalam meningkatkan ketakwaan siswa dan membentuk akhlak mereka sejak dini. Selain menambah wawasan agama, kegiatan pengajian juga berfungsi untuk membangun kedisiplinan, memahami larangan-larangan agama, serta menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap ajaran agama.
Dinas Pendidikan belum memiliki data spesifik mengenai peredaran minuman keras di kalangan pelajar, tetapi mereka tetap berfokus pada upaya pencegahan. Minuman keras oplosan, yang sering dijual di warung jamu, menjadi pilihan populer di kalangan remaja karena harganya yang terjangkau.
Dinas Pendidikan berupaya meningkatkan kesadaran melalui program edukasi dan kolaborasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mengurangi risiko ini. OPD bekerja sama dengan sekolah untuk mencegah siswa bolos dan mengonsumsi minuman keras. Inspeksi di lokasi tongkrongan melibatkan Dinas Pendidikan dan kepolisian guna meningkatkan pengawasan siswa juga dilakukan. Selain itu, program edukasi tentang bahaya minuman keras dan dampak bolossekolah diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung proses belajar siswa.

Faktor Lingkungkan Berpengaruh
Dosen Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Annisa Warastri menyebut faktor lingkungan dan pertemanan mempengaruhi pribadi seseorang. Lingkaran pertemanan yang negatif Ilustrasi orang dengan minuman keras. (Istimewa/Pixels) bisa mendorong seseorang mencoba-coba minuman keras. “Berteman itu harus memilih, karena circle kita sangat memengaruhi perilaku dan keputusan kita,” kata Annisa, Kamis (7/11/2024).

Ia pun mengimbau anak muda, mahasiswa untuk berhati-hati dalam memilih teman dan menghindari lingkungan yang dapat mendorong perilaku negatif. Pendekatan komunitas, seperti perubahan lingkaran pertemanan dan dukungan keluarga, menjadi langkah awal yang efektif untuk mencegah perilaku negatif.
Disarankannya juga mahasiswa untuk mencari cara alternatif dalam mengatasi masalah atau stres, seperti berolahraga, berbelanja, atau melakukan hobi yang positif. “Alkohol bukanlah solusi untuk mengatasi masalah, dan mahasiswa perlu menyadari bahaya konsumsi alkohol bagi kesehatan dan kehidupan sosial mereka,” ujar Annisa.
Perempuan yang juga Dekan Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial, dan Humaniora (Feishum) Unisa Yogyakarta itu menegaskan bahwa setiap mahasiswa yang ketahuan mengonsumsi alkohol akan langsung dipanggil oleh pihak kampus. Kampus memiliki fasilitas CCTV untuk memantau aktivitas mahasiswa dan fasilitas kesehatan untuk melakukan tes urin guna mendeteksi kadar alkohol. Prosedur ini bertujuan untuk mendukung proses investigasi secara transparan dan adil.